Rabu, 10 April 2013

Makalah penulisan kata dan unsur serapan


BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar  Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, terutama di bidang sastra Indonesia, sering dijumpai hal-hal yang berkenaan dengan aturan dalam penulisan kata serta penggunaanya dan unsur kata serapan yang pada awalnya berasal dari bahasa asing.

Oleh karena itu, kita selaku pelajar atau mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan mendalami hal-hal yang sudah disebutkan di atas, tentu dalam hal ini sangat diperlukan suatu pedoman dan panduan untuk memahami serta memperdalam pengetahuan khusunya di materi pembelajaran aturan penulisan suatu kata yang sesuai dengan EYD.

Kita dapat melihat suatu keadaan yang telah merebak dalam dunia pendidikan sekarang ini, aturan yang telah ditetapkan Pemerintah lewat EYD sudah dipandang sebelah mata.
Dari hal tersebut di atas, kami menyusun makalah yang berjudul " ATURAN PENULISAN KATA DAN  UNSUR SERAPAN ".

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan pemilihan judul di atas, yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 
Aturan penulisan kata yang mencakup hal-hal berikut :
a. Kata Dasar
b. Kata Turunan
c. Kata Ulang
d. Kata Ganti
e. Gabungan Kata
f. Singkatan dan Akronim
g. Kata Depan
h. Angka dan Lambang Bilangan
i. Partikel
j. Kata Si dan Sang
1.5 Tujuan dan Manfaat Makalah
  1. Untuk mengetahui cara penulisan kata dan unsur serapan yang baik.
  2. Untuk menambah wawasan.
  3. Untuk Mmeberikan masukan bagi kalangan pelajar pada khususnya, dan masyarakat umum dalam hal aturan penulisan kata dan unsur serapan yang benar susuai EYD.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Penulisan Kata

2.1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan misalnya :
  1. Kantor pajak penuh sesak
  2. Buku itu sangat tebal
  3. Perempuan itu sangat cantik
2.2 Kata Turunan
  1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya misalnya :
    bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
  2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya . ''(lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
    misalnya :
    •   bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebarluaskan.
  3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
    misalnya:
    •   menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancur-leburan.
  4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
    misalnya :
    •  adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demokralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrasturuktur, inkonvensional, introspekisi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.

Catatan
:
  1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
    Misalnya :
    •   non-Indonesia, pan-Afrikanisme
  2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
    Misalnya :
    •   Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
2.3 Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya :
  • buku-buku,kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, hulubalang-hulubalang.

2.4. Gabungan Kata

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
  • duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, simpang empat.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
Misalnya :
  • alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah -baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

    Gabungan kata berikut ditulis serangkai :
  • acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali,bilamana, bismillah, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbilhalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padaha, paramasastra, pribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saripati,sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, selaturahmi, sukacita, sukarela,sukaria,wasalam,

2.5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya : ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
  •  Apa yang kumilki boleh kauambil.
  •  Bukuku, bukumu,dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

2.6 Kata depan di, ke,dan dari

Kata depan di, ke,dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
  •  Kain itu terletak di dalam lemari
  •  Bermalam sajalah di sini
  •  Di mana Siti sekarang?
  •  Mereka ada di rumah
  •  Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan
  •  Ke mana  saja ia selama ini?
  •  Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan
  •  Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Catatan :
Kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
  •  Si Amin lebih tua daripada si Ahamad
  •  Kami percaya sepenuhnya kepadanya
  •  Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu
  •  Ia masuk,  lalu ke luar lagi
  •  Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966
  •  Kemarikan buku itu 
  •  Semua orang terkemuka di d esa itu hasir dalam kenduri itu

2.7 Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
  •  Harimau itu marah sekali pada sang kancil
  •  Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim


2.8 Partikel

Partikel-leh, -keh, dan -tah serangkai dengan kata yang mendahuluinya
Misalnya :
  •  Bacalah buku itu baik-baik
  •  Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia
  •  Siapakah gerangan dia?
  •  Apakah gunanya besedih hati?
Partikel pun ditulis terpisah  dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
  •  Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus
  •  Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan
  •  Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku
  •  Jika ayah pergi, asik pun ingin pergi
Catatan :

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,bagaimanapun, biarpun, kalupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,walaupun ditulis serangkai.
Misalnya :
  •  Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
  •  Bagaimana pun juga  akan dicobanya menyelesaikan tugas itu
  •  Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi
Partikel per yang berarti 'mulai' dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
  •  Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April
  •  Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu

2.9 Singakatan dan Akronim

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih
  1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
    Misalnya :
    •   A.S. Kramawijaya
    •   Muh. Yamin
    •   Sukanto  S. A.
    •   MBA : master of business administration
    •   S.E    : sarjana ekonomi
    •   S.Sos: sarjana sosial
  2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,badan atau organisasi,serta nama documen  resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulus dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
    Misalnya :
    •   DPR   : Dewan Perwakilan Rakyat
    •   GBHN: Garis-garis Besar Haluan Negara
  3. Singkatan umum  yang terdiri atas tiga huruf atau lebih di ikuti satu tanda titik.
    Misalnya :
    •   dll     : dan lain-lain
    •   sda   : sama dengan atas
    •   Yth   : Yang terhormat
Tetapi :
    •   a.n   : atas nama
    •   d.a   : dengan alamat
  1. Lambang kimia, singkatan suatu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di ikuti tanda titik.
    Misalnya :
    •   Cu               : kuprun
    •   kVA            : kilovolt-ampere
    •   Rp.5000,00 : lima ribu rupiah
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata.
  1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari d erer kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
    Misalnya :
    •   ABRI     : Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    •   SIM       : Surat Izin Mengemudi.
  2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
    Misalnya :
    •   Akabri          Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    •   Iwapi            Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
  3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf , suku  kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
    Misalnya :
    •   radar    radio detecting and ranging
    •   rudal    peluru kendali
Catatan :

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-sayarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akrom debentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata  Indonesia yang lazim.
2.10 Angka dan Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bialangan atau nomor. di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
  •  Angka Arab            0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
  •  Angak Romawi       I, II, III, IV, V,VI, VII, VII, IX, X, L(50), C(100), D(500), M(1000), V(5000),
Pemakaian diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini,
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
  1.  0,5 sentimetet
  2.  5 kelogram
  3.  10 liter
  4.  Rp 5.000,00
  5.  US$3.50*
  6.  $5.10*
  7. Y100
  8. 2000 Rupiah
  9. 1 jam  20 menit
  10. pukul 15.00
  11. 17 Agustus 1945
  12. 50 dolar Amerika
  13. 10 paun Inggris
  14. 100 Yen
  15. 10 persen
  16. 27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda desimal
Angak lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada  alamat.
Misalnya :
  1.  Jalan Merdeka  I No.17
  2.  Holtel Indonesia, Kamar 169
Angka digunakan juga untuk menomorii bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
  •  Bab X, Pasal 5, halaman 252
  •  Surah Yasin : 9
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
a. Bilangan utuh
    Misalnya :
  •      dua puluh dua                      
  •      dua ratus dua puluh dua      
b. bilangan pecahan
    Misalnya :
  •    setengah (1/2)
  •    satu persen (1 %)
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut :
Misalnya :
Paku Buwono X ; pada awal abad XX, lihat Bab II; Pasal 5; dalam Bab ke-2 itu; di tingkat kedua gedung itu.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. ( Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya :
  •   Tahun 50-an
  •   Uang 5000-an
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti salam perincian dan pemaparan.
Misalnya :
  •  Amir menonton drama itu sampai tiga kali
  •  Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
  •  Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuu, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu a tau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
  •  Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
  •  Pak Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan :
  •  15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
  •  Dua ratus lima puluh orang tamu di undang Pak Darmo
Angaka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya :
  • - Perusahaan itu baru saa mendapat pinjaman 250 juta rupiah
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :
  •  Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
  •  Kantor kami mempunyai 20 ( dua puluh) orang pegawai
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya :
  •  Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 55.500,00 ( lima puluh lima ribu lima ratus rupiah)
  •  Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 55.500,00 (lima puluh lima ribu lima ratus) rupiah


2. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa  daerah maupun dari bahasa asing seperti  Sansekerta,   Arab, Portugis,  Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia  dapat dibagi atas dua golongan besar.
  • Pertama, Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih menbikuti cara asing.
  • Kedua, Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia nya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasa asing Sansekerta , Arab, Portugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.

Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Untuk keperluan itu telah diusahakan ejjaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum  Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.

Berikut ini contoh unsur serapan itu.
  • Baku Tidak Baku
    • apotek     : apotik
    • atlet         : atlit
    • atmosfer  : atmosfir
    • aktivitas   : aktifitas
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, dan Belanda