BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Turunnya Risalah Dinul Islam
A.MASYARAKAT
ARAB PRA DAN PASCA DITURUKANNYA AL-QUR’AN
1.
Kondisi Masyarakat Arab Pra Turunnya Al-Qur’an
Ketika
Nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makkah
adalah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri
Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur
perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara.
Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Makkah pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah
tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala
utama, Hubal.
Masyarakat Arab
hidup Nomaden dan menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Kota terpenting
di daerah ini adalah Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri. Ka’bah masa itu
bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli Makkah,
tetapi juga oleh orang-orang yahudi yang bermukim disana.
1. Kondisi
Geografis
Wilayah Arab merupakan wilayah
gersang yang terisolasi, jika dilihat dari sisi lautan dan darat. Arab terbagi
menjadi dua bagian besar, bagian tengah dan bagian pesisir, dengan kondisi
tidak ada sungai yang mengalir tetap, yag ada hanya lembah-lembah berair di
musim hujan. Sebagian besar adalah padang pasir sahara yag memiliki sifat dan
keadaan yang berbeda-beda.
2. Kondisi
Politk
Jazirah Arab tidak pernah
diperhitungkan oleh imperium raksasa seperti Bizantium dan Persia yang mengapit
Jazirah Arab. Dua imperium tersebut selalu diliputi ketegangan memperebutkan
kekuasaan. Peperangan antar suku menjadi kesukaan masyarakat Arab. Situasi
seperti ini terus berlangsung sampai agama islam lahir. Konflik berkepanjangan
Bizantium dan Persia ini digambarkan dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 2-4 ;
ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷r& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ úüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtur ßytøÿt cqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ
Telah
dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan
itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi Bagi Allah-lah urusan sebelum dan
sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman,
3. Kondisi
Sosial
Peradaban telah hancur akibat
konflik antar etnis, kesukuan dan primordialitas (mempertahankan adat kebiasaan
turun menurun), masyarakat Arab suka berperang, karena itu peperangan antar
suku sering terjadi. Akibatnya nilai perempuan menjadi sangat rendah, tidak ada
kesatuan dari struktur suku langsung, mereka bermusuhan satu sama lain saling
bermusuhan. Merampok adalah hal biasa, dendam, berkelahi, tidak bermoral pada
umumnya. Pada tingkat individu termotivasi oleh keserakahan, egoistis, dan
tidak peduli dengan orang lain. Kecemburuan, eksploitasi, minuman keras,
perjudian, pembunuhan menggambarkan kejahatan dan kegagalan moral rakyat Arab.
4. Kondisi
Budaya
Akibat peperangan yang
terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang. Karena itu bahan-bahan
sejarah pra islam sangat langka didapatkan. Sejarah mereka hanya diketahui dari
masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama islam. Apa yang berkembang
menjelang kelahiran islam itu merupakan pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di
sekitarnya yang lebih awal maju dari pada kebudayaan dan peradaban Arab.
5. Kondisi
Ekonomi
Kota Mekkah terletak di
jalur perdagangan yang penting, disamping kondisi geografis Jazirah Arab pada
umumnya tandus dan gersang maka aktifitas ekonomi lebih bertumpu pada sektor
perdagangan, ada juga yang bertani, tetapi jumlahnya sangatlah kecil. Kafilah
disepakati sebagai jaminan keamanan dalam perjalanan, karena perampokan menjadi
momok yang sangat menakutkan. Meski iklim perdagangan tumbuh sangat kondusif di
Mekkah, bukan berarti karakter orang-orang Mekkah menjadi tempramental. Fenomena ini menyulut hasrat
monopoli ekonomi yang menimbulkan praktik-praktik perekonomian yang tidak etis
dan sangat eksploitatif. Ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin
begitu menganga, karena itulah sering kali terjadi insiden-insiden kecil yang
berujung pada pecahnya konflik sosial.
2. Kondisi Masyarakat Arab Pasca
Turunnya Al-Qur’an
Dalam
rangka memperkokoh masyarakat dan Negara batu itu, Nabi segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat ;
Dasar pertama, pembangungan
masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, tempat bermusyawah
dan latihan perang.
Dasar kedua, adalah
Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin
dan Anshar.
Dasar ketiga, hubungan
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam.
Dalam
bidang sosial, beliau juga meletakkan dasar persamaan antar sesama manusia.
Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan
Konstitusi Madinah.
B. PERISTIWA AYAT PERTAMA AL-QUR’AN DITURUNKAN DAN TEMPATNYA
Pendapat yang
paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah SWT:
# ÉOó™$$Î y7Înu‘
“Ï%©!$#
t,n=y{ ÇÊÈ
t,n=y{ z`»|¡SM}$#
ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
ù&tø%$# 7yšu‘ur ãPtø.F{$#
ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î ÇÍÈ
zO¯=tæ z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadits
yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadits dan yang lain, dari aisyah r.a
mengenai peristiwa turunnya ayat ini di gua Hira, diawali dari mimpi rasulullah
yang melihat dalam mimpi itu keadaan terang benderang bagaikan terangnya pagi
hari, kemudian beliau sering menyendiri dan kemudian beberapa kali beliau
mendatangi gua Hira untuk beribadah beberapa malam.
C. AYAT-AYAT YANG MULA-MULA
DITURUNKAN MENURUT TEMANYA
Dikatakan bahwa yang pertama kali turun
ialah firman Allah : Yaa ayyuhal muddassiir (wahai orang
yang berselimut). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh dua syaikh
ahli hadits:
Dari Abu
Salamah bin Abdurrahman; dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin
Abdullah: Yang manakah di antara Quran itu yang turun pertama kali? Dia
menjawab: Yaa ayyuhal muddassir. Aku bertanya lagi: Ataukah iqra’ bismi rabbik?
Dia menjawab: “Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah s.a.w. kepada
kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa
diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat ke muka, ke belakang, ke
kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat jibril yang
amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka
untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan:
“Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan.”
Mengenai hadits Jabir ini, dapatlah
dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surah yang diturunkan secara penuh.
Jabir menjelaskan bahwa surah Muddassir-lah yang turun secara penuh sebelum
surah Iqra’ selesai diturunkan, karena yang turun pertama sekali dari surah
Iqra’ itu hanyalah permulaannya saja. Hal yang demikian ini juga diperkuat oleh
hadits Abu Salamah dari Jabir yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
Jabir berkata:
“Aku telah
mendengar Rasulullah s.a.w. ketika ia berbicara mengenai putusnya wahyu, maka
katanya dalam pembicaraan itu: ‘Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari
langit. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang
mendatangi aku di gua Hira itu duduk diatas kursi antara langit dan bumi, lalu
aku pulang dan aku katakan: Selimuti aku! Mereka pun menyelimuti aku. Lalu
Allah menurunkan: Yaa ayyuhal muddassir.’”
Hadits ini menunjukkan bahwa kisah
tersebut lebih kemudian daripada kisah gua Hira, atau Muddassir itu adalah
surah pertama yang diturukan setelah terhentinya wahyu. Jabir telah
mengeluarkan yang demikian ini dengan ijtihadnya, akan tetapi riwayat Aisyah lebih
mendahuluinya. Dengan demikian maka ayat Quran yang pertama kali turun secara
mutlak ialah Iqra’ dan surah yang pertama diturunkan secara lengkap dan pertama
diturunkan setelah terhentinya wahyu ialah Yaa ayyuhal muddassir dan untuk
kenabiannya ialah Iqra’.
Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali
turun adalah surah Fatihah. Mungkin yang dimaksudkan adalah surah yang pertama
kali turun secara lengkap.
Disebutkan juga bahwa yang pertama kali
turun adalah Bismillaahirrahmaanirrahiim, karena basmalah ini turun mendahului
setiap surah. Dalil-dalil kedua pendapat tersebut mursal. Pendapat pertama yang
didukung oleh hadits Aisyah itulah pendapat yang kuat dan masyhur.
Cara menyatukan pendapat-pendapat di
atas bahwa ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’ bismirrabbik, dan ayat mengenai perintah tablig (untuk
menyampaikan) yang pertama kali turun ialah Yaa
ayyuhal muddassir, sedang surah yang pertama kali turun ialah Fatihah.
Juga dikatakan bahwa yang pertama kali
turun mengenai kerasulan adalah Yaa
ayyuhal muddassir, dan yang pertama kali turun mengenai kenabian adalah Iqra’ bismi rabbik. Hal itu disebabkan
para ulama mengatakan bahwa firman Allah Iqra’
bismi rabbik itu menunjukkan kenabian Muhammad s.a.w. sebab kenabian itu
adalah wahyu kepada seseorang melalui perantaraan malaikat dengan penugasan
khusus. Sedang firman Allah Yaa ayyuhal
muddassir; qum fa anzir itu menunjukkan kerasulannya, sebab kerasulan itu
adalah wahyu kepada seseorang dengan perantaraan malaikat dengan penugasan
umum.
D. PERISTIWA AYAT
AL-QURAN TERAKHIR DITURUNKAN DAN TEMPATNYA
Dikatakan bahwa ayat terakhir yang
diturunkan itu adalah ayat mengenai riba. Ini didasarkan pada hadits yang
dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas, yang mengatakan: ”ayat terakhir
yang diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang dimaksudkan adalah firman
Allah:
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#qà)®?$#
©!$#
(#râ‘sŒur $tB u’Å+t
z`ÏB (##qtÌh9$#
bÎ) OçFZä.
tûüÏZÏB÷s•B ÇËÐÑÈ
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.
Al-Baqarah: 278)
Dan dikatakan pula bahwa ayat Quran yang terakhir
diturunkan ialah firman Allah:
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè?
ÏmŠÏù ’n<Î) «!$# (
§NèO
4†¯ûuqè?
‘@ä.
<§øÿtR
$¨B
ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur
Ÿw tbqãKn=ôàãƒ
ÇËÑÊÈ
Dan peliharalah
dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak
dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 281)
Ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan lain-lain, dari Ibn Abbas dan Said bin Jubair:
Ayat Quran terakhir turun ialah: Dan
peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada suatu hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah...” (al-Baqarah: 281)
Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali
turun itu ayat mengenai utang; berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Sa’id
bin al-Musayyab: ”Telah sampai kepadanya bahwa ayat Quran yang paling muda di
’Arsy ialah ayat mengenai utang.” yang dimaksudkan ialah ayat:
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#y‰s?
Aûøïy‰Î #’n<Î) 9@y_r& ‘wK|¡•B çnqç7çFò2$$sù
4
”Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” ............ (QS.
Al-Baqarah: 282)
Ketiga riwayat itu dapat dipadukan,
yaitu bahwa ketiga ayat tersebut di atas diturunkan sekaligus seperti tertib
urutannya di dalam mushaf. Ayat mengenai riba, ayat peliharalah dirimu dari
azab yang terjadi pada suatu hari kemudian ayat mengenai utang, karena
ayat-ayat itu masih satu kisah. Setiap perawi mengabarkan bahwa sebagian dari
yang diturunkan itu sebagai yang terakhir kali. Dan itu memang benar. Dengan
demikian, maka ketiga ayat itu tidak saling bertentangan.
Dikatakan pula bahwa yang terakhir
kali diturunkan adalah ayat mengenai kalalah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Barra’ bin ’Azib; dia berkata: ”ayat yang terakhir kali turun adalah:
y7tRqçFøÿtGó¡o„ È@è%
ª!$# öNà6‹ÏFøÿãƒ
’Îû
Ï's#»n=s3ø9$# 4 È
Mereka meminta
fatwa kepadamu (tentang kalalah Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah. (An-Nisa’: 176)
Ayat yang terakhir menurut hadist
Barra’ ini adalah berhubungan dengan masalah warisan.
Pendapat lain
menyatakan bahwa yang terakhir turun adalah firman Allah:
ô‰s)s9 öNà2uä!%y`
Ñ^qß™u‘ ô`ÏiB
öNà6Å¡àÿRr&
Sungguh Telah
datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, ...” (QS.
At-Taubah: 128)
Dalam al-Mustadrak disebutkan, dari
Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “ayat yang terakhir kali diturunkan: “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, ...” sampai akhir surah. Mungkin yang dimaksudkan
adalah ayat terakhir yang diturunkan dari surah At-Taubah. Muslim meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, hadits ini memberitahukan bahwa surah ini ialah surah yang
diturunkan terakhir kali, karena ayat ini mengisyaratkan wafatnya Nabi s.a.w.
sebagaimana difahami oleh sebagian sahabat. Atau mungkin surah ini adalah surah
yang terakhir kali diturunkan.
Dikatakan pula bahwa yang terakhir kali
turun adalah surah al-Maidah. Ini didasarkan pada riwayat Tirmidzi dan Hakim,
dari ‘Aisyah r.a. Tetapi menurut pendapat kami, surah itu surah yang terakhir
kali turun dalam hal halal dan haram, sehingga tak satu hukum pun yang dinasikh
di dalamnya.
Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali
turun adalah firman Allah:
z>$yftFó™$$sù öNßgs9
öNßgšu‘ ’ÎoTr& Iw
ßì‹ÅÊé& Ÿ@uHxå
9@ÏJ»tã
Nä3YÏiB `ÏiB @x.sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& (
Nä3àÒ÷èt .`ÏiB
<Ù÷èt
( t
“Maka Tuhan
mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik
laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain.” (Ali
‘Imran : 195)
Ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih melalui Mujahid, dari Ummu Salamah; dia
berkata: “Ayat yang terakhir kali turun adalah ayat ini. Hal itu disebabkan dia
(Ummu Salamah) bertanya: Wahai
Rasulullah, aku melihat Allah menyebutkan kaum lelaki akan tetapi tidak
menyebutkan kaum perempuan. Maka turunlah ayat: “Dan janganlah kamu iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain.” (an-Nisa’: 32) dan
turun pula: “Sesungguhnya lai-laki dan
perempuan yang Muslim.”(al-Ahzab: 35). Serta ayat ini: “Maka Tuhan mereka...” Ayat ini adalah yang terakhir diturunkan
yang di dalamnya tidak hanya disebutkan kaum lelaki secara khusus.
Dari riwayat itu jelaslah bahwa ayat
tersebut yang terakhir turun di antara ketiga ayat di atas, dan yang terakhir
yang turun dari ayat-ayat yang di dalamnya disebutkan kaum perempuan.
Ada juga dikatakan bahwa ayat yang
terakhir yang turun ialah ayat:
`tBur ö@çFø)tƒ
$YYÏB÷sãB
#Y‰ÏdJyètG•B
¼çnät!#t“yfsù
ÞO¨Yygy_ #V$Î#»yz $pkŽÏù |=ÅÒxîur ª!$#
Ïmø‹n=tã ¼çmuZyès9ur £‰tãr&ur ¼çms9 $¹#x‹tã $VJŠÏàtã ÇÒÌÈ
“Dan
barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa: 93)
Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Bukhari dan
yang lain dari Ibn Abbas yang mengatakan: “Ayat ini (An-Nisa: 93) adalah ayat
yang terakhir di turunkan dan tidak dinasikh oleh apapun.” Ungkapan “ia tidak
dinasikh oleh apapun” itu menunjukkan bahwa ayat itu ayat yang terakhir turun
dalam hukum membunuh seorang mukmin dengan sengaja.”
Dari Ibnu Abbas dikatakan: “Surah
terakhir yang diturunkan ialah:
#sŒÎ) uä!$y_
ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur
ÇÊÈ
Apabila Telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan. (Q.S.
An-Nashr: 1)
Pendapat-pendapat ini semua tidak
mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., masing-masing
merupakan ijtihad dan dugaan. Mungkin pula bahwa masing-masing mereka itu
memberitahukan mengenai apa yang terakhir didengarnya dari Rasulullah. Atau
mungkin juga masing-masing mengatakan hal itu berdasarkan apa yang terakhir
diturunkan dalam hal perundang-undangan tertentu, atau dalam hal surah terakhir
yang diturunkan secara lengkap seperti setiap pendapat yang telah kami
kemukakan di atas. Adapun firman Allah:
ô tPöqu‹ø9$# àMù=yJø.r&
öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ
àMôJoÿøCr&ur öNä3ø‹n=tæ
ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊu‘ur
ãNä3s9 zN»n=ó™M}$#
$YYƒÏŠ
“Pada hari Ini
Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(Al-Maidah: 3)
Ayat ini diturunkan di Arafah tahun
Haji Perpisahan (Wada’). Pada lahirnya ia menunjukkan
penyempurnaan kewajiban dan hukum. Telah pula disyaratkan di atas, bahwa
riwayat mengenai turunnya ayat riba, ayat utang-piutang, ayat kalalah dan yang
lain itu setelah ayat ketiga surah al-Maidah. Oleh karena itu para Ulama menyatakan
kesempurnaan agama di dalam ayat ini.